·

Selasa, 28 April 2009

Perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009

IKUTI DIAKONIA: Gubernur Sumut H Syamsul Arifin, Pangdam I/BB Mayjen TNI Burhanuddin Amin (paling kiri), Ephorus HKBP Pdt Dr Bonar Napitupulu bersama ibu, Ketua Panitia Dr RE Nainggolan dan lainnya, berdiri menyanyikan Lagu “Indonesia Raya” di acara upacara nasional pada Perayaan Tahun Diakonia HKBP, Minggu (19/4) di pardede Hall Medan. (Foto SIB/Jhon Manalu)
.

Gubsu H Syamsul Arifin Silaban SE mengajak seluruh masyarakat Batak untuk mengembangkan nilai-nilai kasih yang diajarkan Tuhan dalam bentuk kepedulian dan memperhatikan saudara-saudaranya yang miskin di Tanah Batak. Untuk itu warga Batak terutama yang lebih maju dan berkecukupan di perkotaan agar mengalakkan kembali semangat Marsipature Hutanabe berdasarkan Dalihan Na Tolu.
.
Hal itu disampaikan Gubsu dalam sambutannya pada sesi acara nasional Perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009 yang dilaksanakan di Pardede Hall Medan, Minggu (19/4). Acara yang diikuti lebih kurang 20 ribu jemaat itu juga dihadiri Staf Ahli Menteri Sosial Rumondang Siahaan, Pangdam I/BB Mayjend Burhanuddin Amin, Kapoldasu Irjen Badrodin Haiti, Dan Lantamal I Belawan Laksma Arie Sembiring, Pangkosek Hanudnas III Marsma Khairuddin, Japorman Saragih dari unsur DPRD Sumut, unsur Muspida lainnya dan Ephorus HKBP Pdt Bonar Napitupulu beserta puluhan Pendeta HKBP.
.
Lebih lanjut dikatakan Gubsu, sejak dilantik menjadi Gubsu, dirinya sudah lebih sepuluh kali melakukan kunjungan ke beberapa Kabupaten di Tapanuli dimana masih banyak masyarakat yang cukup miskin. “Saya berharap, orang Batak ini dimanapun jangan ada yang miskin. Di kampung masih banyak orang yang miskin. Jadi kita mengajak orang-orang Batak yang ada di kota ini yang hidupnya senang jangan lupa dengan orang-orang yang ada di kampung sana,” kata Syamsul yang mengatakan dirinya merasa terpanggil membangun Tanah Batak karena dirinya telah ditabalkan jadi marga Silaban beberapa tahun silam.
.
Gubsu menceritakan, dalam kunjungannya itu ia sudah memulai beberapa program untuk membangun pertanian dengan penanaman jagung bekerjasama dengan Bupati setempat. Kemudian, di Kabupaten Humbahas lanjutnya akan didirikan SMU Plus yang dibantu Pempropsu. “Saya sudah menyiapkan Rp 5 miliar untuk Humbahas,” katanya.
Acara tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh agama antara lain, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumut H Maratua Simanjuntak, Ketua MUI Medan Prof Dr Mohd Hatta, Pengasuh Pondok Pesantren Al Qautsar Syech Ali Akbar Marbun, mantan Uskup Agung Medan MGR Pius Datubara,OFM Cap, Pdt Moses Alegesan dari Gereja Anglikan dan lain-lain.
.
Dari kalangan pejabat yang tampak hadir antara lain, Bupati Humbahas Drs Maddin Sihombing MM, Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon, Sekda Taput Drs Sanggam Hutagalung MM mewakili Bupati Taput, Kadis Kehutanan Sumut Ir JB Siringo-ringo, Kadis Koperasi Medan Dr Ir Binsar Situmorang MSi, Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumut Rapotan Tambunan,SH yang juga Ketua Pelaksana Perayaan, Drs Bukit Tambunan (panitia) dan lain-lain.
.
Sedangkan dari para tokoh yang hadir masing-masing anggota DPD RI Lundu Panjaitan SH, Parlindungan Purba SH, staf khusus Ketua DPR RI Ir Leo Nababan yang juga fungsionaris DPP Golkar, mantan anggota DPRD Sumut Hitler Siahaan, fungsionaris DPP Partai Demokrat Solon Sihombing dan lain-lain.
.
Sebelumnya, mengawali sambutannya, Gubsu mengatakan rasa bangga dan bahagia karena melihat banyak kalangan mulai dari para pendeta, pejabat, tokoh dan warga jemaat teristimewa tokoh-tokoh agama Islam dan agama lainnya ikut hadir dalam acara nasional puncak perayaan Tahun Diakonia itu. “Saya bangga dan bahagia kita bisa duduk bersama. Ini menunjukkan agama itu bukan untuk dipertentangkan tapi untuk dijalankan demi kebaikan umat manusia. Kita dijamin UU terutama pada sila pertama dalam Pancasila,” ungkapnya.
.
Gubsu Syamsul Arifin pada kesempatan itu juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada umat Kristiani di Sumut karena tetap tenang dan bisa menahan diri menyikapi tragedi DPRD-SU 3 Februari. “Saya dan Muspida berterima kasih kepada umat Kristiani di Sumut karena bisa menahan diri menyikapi tragedi 3 Februari. Orang Batak itu diajak untuk mengembangkan kasih. Orang Batak itu gampang, ambil jantungnya. Maka jangan kita jalan sendiri tapi pakai Dalihan Na Tolu,” katanya disambut tepuk tangan ribuan hadirin yang memadati Pardede Hall hingga malam hari.
.
Ketua Umum Panitia Perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009 Dr RE Nainggolan MM dalam sambutannya melaporkan, dalam rangkaian perayaan Tahun Diakonia ini telah dilaksanakan penghijauan yang pencanangannya dilakukan di Universitas HKBP Nomensen pada 19 Februari 2009 lalu dengan tujuan membangun komitmen warga HKBP untuk menjaga, memelihara lingkungan yang lestari. “Kami juga bersukacita atas berkenannya Ompui Ephorus HKBP menerima saran agar setiap warga HKBP yang akan melangsungkan pernikahan terlebih dulu menanam 2 bibit pohon,” katanya.
.
Kegiatan-kegiatan seminar lanjutnya, juga telah dilaksanakan tanggal 19 Februari di Medan yang menggumuli tentang HKBP yang kembali ke jati dirinya yakni memberi perhatian kepada kesejahteraan gereja. Panitia juga melakukan pengobatan gratis dan penyuluhan HIV-AIDS dan narkoba. Selain itu, kata RE, panitia juga menyelenggarakan perlombaan paduan suara pada tanggal 17 – 18 April 2009 yang diikuti masing-masing juara di tingkat Distrik HKBP.
.
Menurut RE Nainggolan yang dikenal sebagai Sekdapropsu ini, puncak perayaan Tahun Diakonia HKBP 2009 dengan tema Usahakanlah Kesejahteran Kota, kemana kamu Aku buang dan berdoalah untuk itu kepada Tuhan sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu juga (Yeremia 29;7) diikuti jemaat HKBP dari 17 Distrik di Sumatera Utara. Melalui perayaan ini HKBP diharapkan dapat melengkapi pelayanannya yang inklusif di tengah jemaat dan masyarakat desa dan kota dengan memperlengkapi orang-orang kudus menjadi jemaat yang diakonis dan missioner.
.
RE mengatakan, kehadiran dua orang cicit Dr IL Nomensen yaitu Maren Steden Nommensen dan Ruth Klingberg Nommensen pada puncak Tahun Diakonia kali ini sangat bermanfaat bagi HKBP untuk mengenang kembali bagaimana Ompui telah mendarma-baktikan dirinya untuk masyarakat Batak.
.
Sebelumnya, cicit Nommensen Maren Steden Nommensen yang didaulat memberi sambutannya menyampaikan rasa bahagia yang paling dalam selaku keturunan Nommensen. “Kami menyadari Nommensen tidak saja membawa penginjilan ke Tanah Batak tapi juga pelayanan sosial, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan mengajari orang Batak berdagang serta meningkatkan pertanian,” katanya dalam bahasa Jerman yang diterjemahkan seorang penerjemah.
.
Mereka, lanjut Maren, telah mengikuti napak tilas perjalanan Nommensen sehingga mengetahui langsung bagaimana sejarah dan lika-liku perjuangan yang dilakukan kakeknya Nommensen saat menyusuri perkampungan-perkampungan di Tanah Batak.
“Kami ditemui RE Nainggolan di Jerman untuk bisa hadir pada perayaan Tahun Diakonia HKBP ini. Semalam kami juga mengikuti Paskah Nasional di Jakarta yang betul-betul luar biasa. Kami menyaksikan bagaimana Nommensen bagaikan hidup. Saya yakin kakek kami Nommensen bahagia menyaksikan kemajuan yang dicapai orang Batak sekarang ini. Makanya kami berharap orang Batak harus menghidupkan semangat Nommensen untuk melayani umat manusia,” kata Maren Steden.
.
Sementara itu Ephorus HKBP Pdt Bonar Napitupulu dalam sambutannya menceritakan awal perayaan Tahun Diakonia. Setelah ditugasi sebagai Ephorus atau pimpinan tertinggi HKBP dengan jemaat lebih kurang 6 juta jiwa saat ini tersebar di seantero nusantara bahkan di Kuala Lumpur, Singapura, dan tiga jemaat lokal di Amerika Serikat yaitu California, Denver dan New York, Ephorus mengaku pihaknya mendalami visi dan misi HKBP yang tertuang dalam Aturan Peraturan HKBP, kami mempelajari RIPP (Rencana Induk Pengembangan Pelayanan) yang diputuskan Sinode Agung HKBP 2004 serta kondisi HKBP saat ini, kondisi dua dan bangsa di tahun-tahun berikutnya.
.
“Akhirnya sebagai Ephorus kami merumuskan goal HKBP hingga tahun 2011 adalah mengembangkan jati diri HKBP sebagai tubuh Kristus. Mengapa mengembalikan, karena sesungguhnya visi HKBP telah menjadi jati diri HKBP pada awal perkembangannya. Karena berbagai masalah yang dihadapi baik internal maupun eksternal jati dirinya itu makin meredup. Salah satu jati diri itu adalah melakukan pelayanan holistik artinya mengembangkan manusia seutuhnya dengan melaksanakan Tri-Tugas Panggilan Gereja yaitu Koinonia, Marturia dan Diakonia,” ujarnya.
.
HKBP dari sejak awal terutama dimotori Inger Ludwijk Nommensen, kata Ephorus, bukan hanya memberitakan injil secara verbal tetapi sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, pendidikan, pemahaman akan kesehatan serta membangun seluruh aspek kehidupan manusia, rohani kehidupan insan bangsa Indonesia khususnya yang berasal dari Tapanuli Bagian Utara.
.
Makanya, lanjut Ephorus, HKBP kemudian menetapkan tahun 2007 menjadi Tahun Koinonia, tahun 2008 ditetapkan sebagai Tahun Marturia dan tahun 2009 sebagai Tahun Diakonia.
Dalam Tahun Diakonia ini HKBP lanjutnya memerbaharui pemahaman tentang Diakonia. Selama ini Diakonia itu dipahami hanya merupakan tugas para pelayan gereja dan sebatas pelayanan diakonia sosial yang bersifat kharitatif saja. Padahal Diakonia adalah tugas semua orang percaya, tugas semua anggota jemaat dan menyangkut pelayanan manusia seutuhnya. “Melalui Diakonia, gereja hendak menghadirkan kasih dan pelayanan Kristus. HKBP melakukan pelayanan diakonia bukan supaya terkenal, tetapi supaya semua orang mengerti bahwa Tuhan mengasihi mereka dan Diakonia gereja bukan sosialisme atau humanisme yang dilakukan banyak LSM,” ucap Ephorus.
.
Pengamatan wartawan, puncak Perayaan Tahun Diakonia dilakukan dalam beberapa sesi yaitu penanaman pohon oleh Menteri Kehutanan pada Minggu sore pukul 15.00 WIB dilanjutkan dengan kebaktian raya dan acara nasional yang dimulai sekira pukul 19.00 WIB dimana Gubsu dan Muspida lainnya hadir. Perayaan itu dihadiri lebih kurang 20 ribu jemaat mulai sore hari dan saling bergantian hadir hingga malam hari. Untuk itu panitia juga menyediakan tenda dan kursi di pelataran Pardede Hall hingga kampus Universitas Darma Agung yang seluruhnya dipadati jemaat.
.
Pada acara nasional yang dimulai pukul 19.00 WIB juga ditampilkan pagelaran operete dimainkan mahasiswa Unimed yang mengisahkan hidup Nommensen di Jerman hingga datang ke Tanah Batak membawa penginjilan sekaligus melayani orang Batak berbagai pengetahuan kesehatan, bertani dan berdagang.
.
Pada malam itu Panitia diwakili RE Nainggolan dan Rapotan Tambunan menyerahkan bantuan sosial kepada tujuh panti asuhan Protestan, Khatolik, Islam, Budha dan Hindu yang ada di Medan.(M-17/u)
.
Sumber : Sinar Indonesia Baru

Selasa, 02 Desember 2008

Makna dari Ibadah Minggu di Gereja HKBP

HKBP merupakan bagian dari persekutuan Gereja Lutheran sedunia. Namun jika kita melihat tata letak altar dan bangku-bangku di dalam gereja kita, pada umumnya tidak menggambarkan pemahaman gereja Lutheran. Umumnya tata letak altar gereja kita mengadopsi tata letak gereja Calvinis, dimana mimbar pemberitaan firman Allah berada di tengah-tengah altar; dan berada di posisi yang tinggi. Gereja Lutheran menempatkan mimbar pemberitaan firman di sebelah kiri altar sebagaimana terlihat di gereja HKBP Menteng, jalan Jambu 46, Jakarta. (HKBP Petojo pun telah merubah posisi pemberitaan itu. Dulunya mereka menempatkan mimbar itu seperti biasanya di tengah. HKBP Balige pun menempatkan mimbar di sisi sebelah kiri, namun menjulang tinggi.)
.
Memang pemahaman kita tentang tata letak itu tidak seragam. Banyak orang yang menjadi arsitek pembangunan gedung gereja bukanlah seorang teolog. Mereka awam tentang hal tata letak, sehingga pertimbangan mereka hanyalah nilai estetika dan pertimbangan lainnya, tanpa didasari pandangan teologis. Banyak anggota jemaat yang tidak mengerti maknanya. Bahkan para pekerja pun banyak yang tidak mengerti. Saya sering mempertanyakan makna dari kembang yang ditaruh di atas meja di altar ! Umumnya alasan orang untuk menaruh kembang di sana hanyalah untuk estetika semata-mata. Pada hal bukanlah demikian menurut hemat saya secara pribadi. GPIB menyalakan lilin di meja tersebut, tentu ada makna dari lilin itu. HKBP umumnya menempatkan bunga. Apa makna bunga itu ? Kita menyalakan lilin di sana pada minggu Advent, ada maknanya. Kita pun menutup benda-benda di altar itu dengan kain berwarna tertentu, itu pun ada maknanya. Sekali lagi apa makna kembang tersebut ?
.
Bilamana kita memasuki gedung gereja itu (jemaat yang menyusun tata letaknya seperti pengajaran Gereja Lutheran) maka dapat kita katakan ruang gereja itu dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ialah bagian tempat duduk untuk anggota jemaat, yaitu bangku-bangku yang berjejer di dalam gedung. Saya memahami bagian pertama ini sebagai bagian ‘wilayah dunia.’ Itulah yang diajarkan kepada kami pada waktu masih belajar sebagai calon sintua. Sementara bagian kedua ialah ‘altar.’ Adapun altar itu dipahami Gereja kita sebagai ‘wilayah kudus.’ Bagian kedua ini diartikan sebagai ‘wilayah surgawi.’ Oleh karena itu pula, bagi kita, altar itu pun kudus adanya.
.
Di tengah-tengah altar itu, ada sebuah peti empat persegi panjang, persis di bawah salib yang melekat ke tembok. Peti yang berukir dengan sangat indah itu, dipahami ‘sebagai meja makan Tuhan.’ Mengapa peti itu disebut meja makan Tuhan? Peti itu disebut demikian, karena di atas meja itu diletakkan roti dan anggur perjamuan. Menurut hemat saya, persembahan yang kita persembahkan kepada Tuhan, seyogianya ditaruh di atas meja makan Tuhan. Persembahan itu adalah sesuatu yang kudus, sehingga di sanalah tempat yang paling pas. Bukan seperti sekarang ditaruh di luar wilayah surgawi, di luar ‘altar.’ Meja makan adalah wilayah yang paling dalam dari satu rumah, hanya anggota keluarga yang duduk di sana. Meja makan itu semacam ‘inner chamber’ di dalam satu rumah. Alangkah indahnya, jika kita diundang untuk menghadiri upacara makan bersama di sekitar meja makan Tuhan pada acara perjamuan kudus. Sayang, sekarang ini hal praktis telah menggeser makna datang kepada Tuhan dalam perjamuan kudus, sehingga saya tidak lagi datang mendekat ke meja makan Tuhan dalam perjamuan kudus.
.
Di sebelah kiri kita, di sisi meja makan Tuhan, ada bejana tempat penyimpanan air untuk babtisan kudus. Martin Luther mengatakan bahwa babtisan adalah juga kabar baik – Injil – bagi kita. Itulah sebabnya posisinya sejajar dengan podium di sisi kanan, tempat Injil secara verbal diberitakan. Jadi Injil diberikan kepada kita melalui firman dan sakramen. Saya kuatir, orang datang ke kebaktian Minggu, tanpa mencoba merenungkan makna dari tata letak dari benda-benda yang ada di dalam ruangan Gereja tersebut. Saya takut, kita telah kehilangan makna dari tata letak dalam ibadah kita.
.
Di antara kabar baik menurut sakramen, dan kabar baik menurut firman, dekat dengan meja makan Tuhan, berdirilah seorang perantara, antara ‘wilayah ilahi’ dengan ‘wilayah dunia’. Kita melihat secara kasat mata, seorang sintua berdiri di sana. Tetapi pada hakekatnya, secara iman, dia yang berdiri itu adalah Tuhan Yesus Kristus. Sebab hanya Dia yang dapat mengantarai manusia dengan Allah. Dialah satu-satunya perantara manusia dengan Allah. Jadi sintua yang berdiri di altar itu adalah representasi dari Kristus. Oleh karena itu, betapa pentingnya sintua yang ‘maragenda’ itu sadar, betapa kudusnya tugasnya memimpin ibadah minggu tersebut. Ia berdiri di sana atas nama Tuhan, untuk memimpin ibadah perjumpaan antara jemaat dengan Allahnya. Ibadah minggu kita adalah ibadah perjumpaan dengan Allah. Kita tahu tidak ada manusia yang dapat mempertemukan Allah dengan manusia kecuali Tuhan Yesus Kristus. Jadi jelas, tugas sintua ‘maragenda’ adalah mempertemukan Allah dengan manusia di dalam ibadah minggu itu.
.
Dari tata letak ‘meja makan Tuhan’ dengan bangku-bangku, kita lihat jaraknya cukup jauh. Memang jarak antara Allah yang kudus dengan manusia yang berdosa cukup jauh pula. Jarak surga dan dunia juga cukup jauh. Itulah sebabnya dibutuhkan seorang perantara, agar dimungkinkan pertemuan dan terjadi komunikasi di dalam pertemuan itu. Ketika Tuhan Yesus berdiri di altar tersebut, di dalam diri sintua yang menjadi liturgis, maka manusia yang duduk di bangku-bangku itu pun dapat mengadakan komunikasi dengan wilayah surgawi, yaitu ‘altar.’ Sekarang yang menjadi pertanyaan ialah : apakah sintua yang bertugas sebagai liturgis itu menyadari makna dari tugasnya tersebut ? Kesan saya, mudah-mudahan saya salah, teman-teman sintua tidak menyadari hal itu. Mereka sering saya lihat bertindak sebagai ‘master of ceremony’ di dalam kebaktian tersebut. Bahkan ada yang tidak siap, hal itu terlihat dari tidak ikutnya sintua itu menyanyikan lagu nyanyian jemaat. Jika kita bertitik tolak dari pemahaman bahwa sintua yang menjadi liturgis itu adalah wakil Kristus di dalam memimpin jemaat, maka jika ia salah di dalam memimpin liturgi, maka dapatlah kita katakan Kristus juga salah! Apakah kita sadar akan hal itu? Marilah kita merenungkan hal itu di dalam lubuk hati kita yang paling dalam.
.
Kita datang ke Gereja pada hari Minggu, bukan hanya untuk mendengarkan firman Allah. Jika kita datang hanya untuk mendengarkan firman Allah, hal itu dapat kita lakukan di dalam rumah. Kita datang ke Gereja dan beribadah untuk berjumpa dengan Tuhan yang bangkit. Di dalam ibadah minggu itu, kita merefleksikan ibadah yang diselenggarakan oleh para malaikat di Surga. Di dalam ‘Doa Bapa Kami’, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita agar kita berdoa: ”Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. Menurut kitab Wahyu pasal 4 dan 5, ada kebaktian di Surga dilihat oleh Rasul Yohanes. Ibadah di Surga itu memusatkan penyembahannya pada Dia yang duduk di tahta itu dan Dia yang berdiri di tangah-tengah tahta itu, Anak Domba seperti telah disembelih, yaitu Yesus Kristus sendiri dengan segala karya-Nya. Jadi inti sari dari ibadah Kristen menurut hemat saya ialah: penyembahan kepada Allah dengan meninggikan karya Yesus Kristus. Kristus adalah pusat dari ibadah Kristen. Berbeda dengan ibadah kharismatik, yang menonjolkan Roh Kudus dengan karunia-karunia-Nya, ibadah HKBP merefleksikan ibadah surgawi yang dilaporkan kitab Wahyu.
.
Menurut DR. A A. Sitompul dalam bukunya mengenai tata ibadah, beliau mengatakan bahwa ada ibadah di tiga tempat. Ibadah yang pertama diadakan di Surga, sebagaimana dilaporkan oleh kitab Wahyu. Ibadah kedua ada di Bumi, maksudnya di dalam ibadah minggu yang kita lakukan. Ibadah yang ketiga ada di dalam hati kita. Ketiga-tiganya haruslah berada di dalam satu ikatan yang harmonis, seperti ‘cord’ di dalam irama musik. Surga mengambil nada ‘do’, sementara kebaktian minggu kita mengambil nada ’mi’, dan yang terakhir, di hati kita mengambil nada ‘sol’. Setelah itu ketiganya sama-sama menyanyikan pujian kepada sang Bapa, Anak dan Roh Kudus! Bila nada yang mereka nyanyikan tidak pas, maka akan terasa nyanyian itu fals.

Banyak orang mengatakan bahwa ibadah HKBP monoton, tanpa lebih dahulu menggali makna dari ibadah itu sendiri. Ibadah kharismatik, yang sangat populer sekarang ini, bahkan di dalam hati warga HKBP, menurut hemat saya, sangat bersifat ekspresif. Hal yang sangat ditonjolkan di dalam ibadah itu adalah perasaan manusia. Saya tidak melihat apa yang mereka refleksikan melalui ibadah itu! Karya Allahlah yang harus direfleksikan di dalam ibadah, lalu manusia memberikan respons terhadap karya itu melalui penyembahannya. Subyek yang paling dominan di dalam ibadah itu ialah Allah. Itulah yang direfleksikan ibadah HKBP menurut penghayatan saya. Tempat kita berpijak sangat berbeda dengan kebaktian kharismatik.

Sebelum kebaktian dimulai, biasanya parhalado berkumpul lebih dahulu di konsistori. Pada hakekatnya bukanlah para petugas yang dijadwal pada hari itu yang harus hadir di dalam konsistori, melainkan seluruh anggota parhalado yang datang ke dalam kebaktian tersebut. Sebab parhalado adalah satu ‘corps,’ mereka bertanggung jawab atas pelaksanaan kebaktian tersebut. Jadi sekalipun saya tidak bertugas pada hari itu, saya wajib masuk ke konsistori, minimal untuk mendoakan mereka yang bertugas pada hari itu. Itulah wujud dari tanggung jawab saya kepada Allah, yang telah memanggil saya menjadi pelayan-Nya di jemaat tersebut. Sekaligus itu adalah wujud dari tanggung jawab saya kepada ‘corps parhalado’. Sangat disayangkan, banyak juga teman-teman sintua yang tidak menyadari hal itu.
.
Di konsistori itu kita memeriksa seluruh acara yang akan kita selenggarakan, tentang kelayakannya. Kemudian acara yang sudah kita periksa itu kita bawakan ke hadiran Allah di dalam doa. Semua acara dari permulaan hinga akhir disampaikan di dalam doa, seolah-olah kita mengatakan kepada Allah, inilah yang akan kami lakukan di hadapan-Mu. Segala sesuatu yang tidak didoakan di dalam konsistori, seyogianya tidak dapat dilakukan di dalam ibadah. Kecuali warta yang sangat mendesak. Namun sangat disayangkan, sering kali kita melihat ada acara tambahan disampaikan kepada liturgis di tengah-tengah kebaktian. Sering kita melihat koor menyanyi sampai dua kali, pada hal di dalam daftar acara hanya satu kali.
.
Setelah parhalado berdoa, maka lonceng Gereja dibunyikan. Suatu pertanda bahwa seorang Raja segala raja dan Tuhan segala Tuan akan memasuki tempat ibadah. Anggota jemaat pun memberi respons terhadap bunyi lonceng itu dengan menaikkan doa-doa pribadinya ke hadirat Allah. Maka parhalado pun memasuki ruangan. Ibadah siap dilaksanakan.
.
Acara Kebaktian

1. Jemaat Menyanyi

Kebaktian dimulai dengan jemaat menyanyi. Biasanya nyanyian yang dipilih untuk minggu itu disesuaikan dengan nama minggu di dalam Almanak HKBP. Seperti kita ketahui kalender gerejawi tersusun atas dasar minggu, sebanyak 52 minggu dalam satu tahun. Bukan disusun dalam bulan seperti yang kita kenal bersama. Pertanyaan sekarang diajukan kepada kita, mengapa kita menyanyi? Pemahaman gereja kita tentang nyanyian, adalah sebagai respons terhadap apa yang diucapkan Allah dari altar-Nya. Ibadah minggu yang diselenggarakan bentuknya ialah responsoria. Respons kita kepada Allah di dalam ibadah itu ialah dengan jalan menyanyi dan berdoa. Jadi apa yang kita mau ungkapkan di dalam acara pertama di kebaktian itu? Jawaban untuk itu menurut hemat saya adalah : komunikasi telah dimungkinkan antara kita dengan Allah. Sebab seorang perantara telah berdiri di altar. Sekarang saya dimungkinkan untuk berkomunikasi dengan Allah. Tanpa kehadiran seorang perantara, maka mustahillah bagi saya untuk berbicara kepada Allah di dalam kebaktian tersebut. Jadi nyanyian itu adalah sebuah respons terhadap kehadiran Allah di dalam kebaktian itu.
.
2. Votum/Introitus/Haleluya/Doa
.
Apakah makna votum? Maknanya menurut hemat saya adalah peresmian. Dengan votum itu, kita percaya Allah hadir di dalam acara tersebut. Ketika Allah mengatakan “jadilah terang,” maka terang itu pun jadi. Seperti itu makna dari votum. Dengan diucapkan oleh liturgis, “Di dalam nama Allah Bapa, dan di dalam nama Anak-Nya Yesus Kristus, dan di dalam nama Roh Kudus yang menciptakan langit dan bumi” maka Allah secara nyata, hadir di dalam ibadah itu. Kehadiran dari Allah Tritunggal itu sekaligus menjadi dasar dari perjumpaan tersebut. Jadi jelas bukan karena marga, atau adat, maka ibadah itu dilakukan. Bukan juga karena nenek moyang, bukan karena latar belakang ekonomi, sosial, budaya, politik, namun karena nama Allah semata-mata. Allah itu adalah Bapa kita, di dalam ibadah itu Ia menerima anak-anak-Nya. Ia adalah Bapa yang memelihara kehidupan kita. Yesus sebagai Anak, adalah saudara yang menyelamatkan kita dari keberdosaan kita, Dia adalah ‘Penolong’ yang memanggil, menyertai dan menguduskan Gereja-Nya.
.
Untuk merefleksikan semua yang telah dikerjakan-Nya itu, kita berkumpul agar dapat berjumpa dengan Dia. Di dalam perjumpaan itu, Ia mengutarakan isi hati-Nya kepada kita melalui firman dan sakramen. Sementara itu kita mengutarakan isi hati kita melalui nyanyian dan doa. Banyak orang tidak mengerti bahwa makna ibadah kita seperti itu, sehingga mereka mengatakan ibadah kita itu monoton, pada hal mereka tidak memahaminya. Seandainya ia mengikuti dengan pengertian seperti yang kita utarakan di atas, apa ia masih mengatakan ibadah kita itu monoton? Di samping makna votum seperti yang sudah kita utarakan di atas, maka kita juga dapat mengatakan bahwa dengan hadirnya Allah yang kudus di dalam ibadah itu, maka orang yang hadir di dalam ibadah itu pun dikuduskan oleh Allah yang kudus. Oleh karena itu orang pada hakekatnya diharapkan untuk tidak datang terlambat, sebab ia tidak akan turut dikuduskan melalui votum tadi. Namun kenyataannya, banyak orang yang terlambat datang! Pertanyaan sekarang ialah: apakah mereka yang terlambat itu turut dikuduskan atau tidak? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Hal itu tergantung orang yang terlambat tadi. Jika ia mengakui kesalahannya itu di hadapan Allah, maka ia turut dikuduskan. Jika tidak diakui, maka ia tidak turut dikuduskan.
.
Setelah votum itu, acara berikutnya ialah introitus. Allah mengatakan isi hati-Nya melalui firman yang sesuai dengan nama minggu itu. Sementara nama-nama minggu itu adalah refleksi dari karya Kristus, dari sejak awal sampai akhir. Seperti yang sudah kita katakan di atas, kebaktian kita bersifat reflektif, maka dari sejak awal, Allah telah menyatakan isi hati-Nya kepada kita melalui introitus tadi. Nas itulah yang akan membimbing kita di dalam minggu yang akan kita jalani. Ayat itu adalah ayat yang diperuntukkan bagi kita. Sebagai respons kita atas firman itu, maka kita menyanyikan haleluya tiga kali. Seyogianya kita menyanyikannya dengan sukacita. Namun kita lihat kenyataan di dalam jemaat kita, seringkali haleluya itu kita nyanyikan dengan lamban. Pendeta Pakpahan, dalam uraiannya mengenai ibadah minggu, mengatakan bahwa seharusnya kita menyanyikan haleluya itu dengan cepat. Argumen yang diajukan pendeta Pakpahan ialah : layaknya seperti orang yang meneriakkan’ api…api…api…’ pastilah kita meneriakkannya dengan cepat dan penuh dengan emosi. Haleluya itu adalah ungkapan sukacita karena Allah telah berfirman kepada kita, pada hal Allah belum mempersoalkan dosa kita.
.
Setelah haleluya, kita mendengar perantara itu menaikkan doa. Sebagai perantara, maka dia berada di dalam dua sisi. Sisi yang pertama, di sisi ilahi dan sisi kedua di sisi manusia. Ketika ia mengutarakan votum, maka dia berada di sisi Allah. Ketika dia mengutarakan doa, maka itu adalah doa manusia, maka dia berada di sisi manusia. Ada orang mengatakan bahwa di Gereja Anglikan, liturgis itu ketika ia mengutarakan votum, maka ia berdiri di altar, tapi pada saat ia menaikkan doa, ia berpindah dari altar ke arah jemaat, dan berbalik menghadap altar untuk menaikkan doa tersebut. Dari sana sangat jelas bahwa ia berada di dua sisi. Seharusnya di dalam ibadah kita pun hal seperti itu harus dilaksanakan. Namun karena hal itu dari sejak semula tidak dilaksanakan, maka kita tidak tahu bahwa demikianlah maknanya.
.
Seperti yang sudah kita katakan di atas, sintua itu menaikkan doa jemaat, dan karena yang berdoa itu adalah Tuhan Yesus di dalam diri sintua tersebut, maka kita dapat katakan doa itu akan didengar Allah. Tuhan Yesus juga membawakan doa-doa yang dinaikkan jemaat di dalam hati ketika mereka sedang berdoa di bangku-bangku tatkala kebaktian belum mulai. Karena doa itu adalah doa-doa kita juga, maka kita pun harus mengaminkan doa itu di dalam hati kita.
.
3. Jemaat Menyanyi
.
Seperti diutarakan di atas, nyanyian adalah respons terhadap Allah, karena Ia telah hadir, Ia menguduskan kita, Ia telah menerima doa-doa kita. Alangkah indahnya, jika kita menyanyikan pujian itu dengan segenap hati. Untuk itu kita seyogianya telah tahu lebih dahulu lirik dari nyanyian itu, karena kita telah membaca lebih dahulu, karena kita tidak terlambat datang, sehingga kita dapat mempersiapkan diri dengan baik.
.
4.Hukum Tuhan
.
Sementara kita menyatakan isi hati melalui nyanyian, liturgis akan menyatakan isi hati Allah. Ia berkata: ”Dengarlah hukum Tuhan…” Allah itu adalah Allah yang kudus, di dalam kasih-Nya Ia menerima orang beriman. Namun kita harus mengenal diri kita. Hukum Tuhan di dalam pemahaman Gereja kita adalah ibarat cermin. Hukum Tuhan adalah kehendak Allah, jalan yang harus ditempuh oleh umat-Nya. Pada saat kita mendengar hukum Tuhan dibacakan, maka seyogianyalah kita menemukan diri kita di dalam perspektif kehendak Allah. Tentulah sebagai respons terhadap hal itu kita berdoa untuk memohon kekuatan untuk melakukan kehendak Tuhan tersebut.
.
5. Jemaat Menyanyi
.
Kita memberi respons kepada hukum Tuhan itu dengan nyanyian. Tentulah kita akan menyanyi dengan segenap hati.
.
6. Pengakuan Dosa
.
Pada saat kita mendengarkan hukum Tuhan dan kita menjadikannya sebagai cermin, maka tentulah kita akan menemukan diri kita di dalam kesalahan. Karena itu kita berdiri di hadapan Allah untuk mengaku dosa-dosa kita. Hanya mereka yang tidak menyadari dosa-dosanya yang tidak mau berdiri di hadapan Allah Yang Maha Kudus, untuk mengaku dosa-dosanya. Liturgis dari sisi insani membawakan pengakuan dosa itu ke hadapan Allah. Dari keberadaan seperti itu kita tahu bahwa liturgis itu bukan membacakan kalimat-kalimat di dalam agenda, melainkan melakonkan acara itu di hadapan Allah. Oleh karena itu pula intonasi dari suara sintua tatkala mengucapkan doa itu berbeda dengan intonasi dari ucapan berita pengampunan dosa. Dimana pada sisi ini, ia berada di sisi ilahi tatkala ia mengucapka pengampunan dosa.
.
Karena yang menaikkan permohonan itu adalah Kristus Yesus sendiri, maka tentulah akan dikabulkan. Itulah sebabnya kita langsung mendengar janji Allah tentang pengampunan dosa. Apakah otomatis pengampunan itu dialami oleh setiap orang yang hadir di dalam ibadah tersebut? tentula tidak! Pengampunan itu hanya diterima oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mengaku dosanya. Itulah sebabnya di dalam ibadah kita di jalan Jambu, setelah liturgis selesai mengucapkan doa tersebut, kepada kita diberikan kesempatan untuk mengaku dosa-dosa kita secara pribadi. Segala dosa yang kita lakukan di dalam minggu itu. Barulah kita mendengar janji Allah tentang pengampunan dosa. Orang yang mengaku dosa dan rindu akan keampunan dosanya, merekalah yang mendapatkan pengampunan dosa. Karena pengampunan sudah sampai kepada kita, maka liturgis itu menyuarakan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi.” Ia menyuarakan itu dari sisi insani. Jemaat akan menyambut doxologi ini dengan “amin.” Barukah kita duduk kembali.
.
7. Jemaat Menyanyi
.
Setelah kita menerima pengampunan dosa, wajarlah kita memberi respons dengan nyanyian yang diungkapkan dengan segenap hati kita dan segenap jiwa. Seperti yang sudah dikatakan di atas. Ibadah kita adalah responsoria bentuknya. Melalui responsoria seperti itu, kita mengalami perjumpaan dengan Allah.
.
8. Epistel
.
Setelah menyanyi, liturgis akan menyuarakan nas epistel untuk minggu itu. Epistel memberi arahan tentang petunjuk praktis di dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan tentang nas ini kita sudah kita dengar di dalam kebaktian “partangiangan wijk” yang diselenggarakan jemaat kita setiap minggu. Sekarang kita mendengarkannya kembali untuk kita lakukan di minggu ini. Bagaimana dengan orang yang tidak datang pada partangiangan wijk? Tentulah ia akan mempersiapkan diri di rumah sebelum datang ke Gereja, sebab kita memiliki Almanak HKBP. Epistel adalah petunjuk praktis, maka liturgis menutup pembacaan firman Tuhan itu dengan ucapan “Berbahagialah orang yang mendengar firman Allah dan melakukannya.”
.
9 Jemaat Menyanyi
.
Kita memberi respons di dalam bentuk nyanyian. Liriknya tentulah sebagai satu pernyataan melakukan firman Allah.
.
10. Pengakuan Iman
.
Setelah nyanyian itu kita diundang untuk bangkit berdiri agar mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Ucapannya adalah sebagai berikut: “Bersama-sama dengan saudara-saudara seiman di seluruh dunia…” satu pertanyaan perlu diajukan, siapa saja yang dimaksudkan dengan saudara-saudara seiman di seluruh dunia itu? Maksudnya tentulah tidak hanya orang-orang Kristen yang hadir pada waktu itu, juga bukan hanya orang Kristen yang hidup di dunia sekarang ini, tetapi juga orang Kristen yang sudah mendahului kita. Mereka itu adalah saudara-saudara seiman kita. Jadi tatkala kita berdiri untuk mengaku iman percaya, maknanya ialah apa yang saya ucapkan tentang iman saya, itu tidak berbeda dengan apa yang diimani oleh Nomensen, demikian juga dengan orang Batak yang pertama-tama menerima Injil. Sama seperti mereka berdiri mengaku iman yang murni itu, demikian juga kita mengungkapkannya. Bahkan bukan hanya itu saja. Di tempat itu hadir juga orang-orang Kristen dari generasi yang akan datang. Mereka hadir di dalam diri Kristus. Sebab HKBP adalah salah satu dari penampakan tubuh Kristus yang berasal dari segala kaum di muka bumi ini. Tubuh Kristus adalah Gereja yang tidak kelihatan, mencakup seluruh totalitas orang kristen dulu, sekarang dan nanti. Bilamana kita memahami HKBP adalah salah satu penampakan tubuh Kristus, maka ketika kita beribadah, itu adalah ibadah dari tubuh Kristus. Maka di sana hadir juga orang yang tidak hadir. Sama seperti yang dikatakan Musa di padang gurun kepada bangsa Israel, “Bukan hanya dengan kamu saja aku mengikat perjanjian dan sumpah janji ini, tetapi dengan setiap orang yang ada di sini pada hari ini bersama-sama dengan kita, yang berdiri di hadapan Tuhan Allah kita, dan juga dengan setiap orang yang tidak ada di sini pada hari ini bersama-sama dengan kita. (Kel 29:14-16)
.
Orang yang hadir di dalam ibadah itu – secara iman –tetapi tidak hadir secara fisik, mereka itu adalah generasi pendahulu, dari masa yang lalu dan generasi yang akan datang. Jadi, jika seorang pemuda berdiri di situ dan mengaku imannya, maka di dalam dia hadir juga anak cucunya kelak. Bersama pemuda itu, anak cucunya yang ada di dalam dia, hadir juga dan turut mengucapkan pengakuan iman tersebut. Argumen untuk itu sudah dikatakan di atas, yaitu di dalam Kristus. Argumen tambahan kita utarakan di sini, ialah menurut surat Ibrani, Lewi di dalam Abraham, bapa leluhurnya, ia juga turut mempersembahkan perpuluhan kepada Melkisedek, tatkala Abraham mempersembahkan perpuluhan tersebut. (Ibr. 7:4-10). Pada hal Lewi pada waktu itu belum lahir. Mengapa Lewi dikatakan turut mempersembahkan? Karena ia ada di dalam diri Abraham, bapa leluhurnya. Sama seperti itulah pemahaman saya tatkala saya berdiri mengucapkan pengakuan iman. Saya mengucapkan hal itu di dalam Kristus, dan di dalam Kristus, hadir juga generasi dahulu dan generasi nanti. Alangkah agungnya ibadah kita itu!
.
Di dalam pemahaman secara pribadi, saya melihat, tatkala kita mengucapkan pengakuan iman tersebut, saya mengucapkannya, di hadapan Allah dan para malaikat-Nya; di hadapan orang-orang percaya di sepanjang masa, dan juga di hadapan roh-roh jahat di udara! Orang-orang kudus yang telah mendahului kita itu, disebut penulis surat Ibrani sebagai para saksi, Ibr.12:1. Pada waktu itu pula, saya secara imajiner mengadakan perjalanan rohani, dari penciptaan alam semesta, - sebab Allah adalah pencipta langit dan bumi – sampai ke Betlehem, dimana Kristus lahir, sampai ke Golgata, tatkala Kristus disalibkan di sana dan dikuburkan. Perjalanan itu diteruskan ke kubur kosong, lalu ke Betania tempat Ia naik ke Surga, bahkan sampai di Surga bersama rasul Yohanes, melihat tahta dan kedua puluh empat tua-tua yang bermahkota, dimana kita bersama mereka sujud menyembah Dia. Setelah itu turun lagi ke bumi, melihat Gereja purba, Gereja abad pertengahan sampai Gereja di zaman Nomensen, sampai Gereja kita sekarang ini. Bahkan sampai ke tahta penghakiman kelak, dimana semua mahluk dihakimi, dan saya dihakimi sebagai orang benar di hadapan-Nya. Gambaran seperti itu diutarakan pendeta Pakpahan di dalam bukunya tentang makna ibadah kebaktian HKBP. Pertanyaan sekarang ialah : bagaimana dengan anda?
.
11 Warta Jemaat
.
Setelah kita mengaku iman percaya kita, maka tiba saatnya kita mendengar berita dari sesama anggota keluarga Allah. Orang yang berdiri di sisi saya itu, di depan di samping dan di belakang, adalah saudara satu bapa di dalam Tuhan. Di dalam persekutuan dengan Allah dan dengan sesama keluarga Allah, kita mendengar berita dari Allah, dan berita dari sesama. Di dalam warta jemaat itu, kita akan mendengar berita tentang kelahiran seorang anak di dalam keluarga saudara seiman. Biasanya warta itu senantiasa diakhiri dengan sebuah doa “semoga Tuhan memberkati anak itu beserta orang tuanya.” Kita pun turut meng-amin-kan hal itu di dalam hati. Bila kita berjumpa dengan kedua orang tua yang berbahagia itu, maka kita pun mengucapkan selamat berbahagia kepada mereka, sebagai respons aktif kita terhadap warta tersebut.
.
Melalui warta itu pun kita akan mendengar rencana saudara yang akan menikah. Kita pun wajib memeriksa kelayakan dari orang-orang yang akan menikah tersebut. Bilamana ada hal-hal yang tidak pas menurut RPP (Ruhut Parmahanion Paminsanon = Hukum Siasat) dari Gereja kita, maka wajiblah kita memberitahukan hal itu kepada pendeta untuk ditindaklanjuti. Namun jika kita tidak mengetahui ada hal-hal seperti itu, maka wajiblah kita mendoakan rencana pernikahan itu, karena mereka adalah saudara kita. Jika kita berjumpa dengan mereka, atau kedua orang tua kedua belah pihak, kita pun akan menyampaikan salam kepada mereka, untuk menunjukkan bahwa kita turut besukacita atas rencana pernikahan tersebut.

Kita pun mendengar warta dukacita tentang meninggalnya anggota keluarga Allah. Warta ini senatiasa ditutup dengan doa: “Semoga Tuhan memberikan penghiburan dan kekuatan iman bagi anggota keluarga yang berdukacita itu” kita pun mengaminkan doa itu di dalam hati. Sebagai penampakan dari kata amin itu, maka kita pun pergi melayat ke rumah duka. Kita menghibur orang yang berduka itu di rumah duka dan mendoakan mereka di rumah kita masing-masing, karena mereka adalah saudara di dalam Tuhan.

Di dalam warta itu juga kita mendengar warta tentang keuangan jemaat, dan warta-warta lain. Semuanya itu harus diberi respons sesuai dengan kemapuan kita masing-masing. Oleh karena itu seharusnya kita mendengar warta itu dengan sepenuh hati. Namun jika kita perhatikan sikap dari anggota jemaat pada mata acara itu, banyak dari antara mereka yang acuh tak acuh, banyak yang ngobrol. Hal itu terjadi tentulah karena mereka tidak memahami makna dari warta jemaat di dalam ibadah kita.

12. Jemaat Menyanyi

Sebagai repons bersama terhadap warta itu, kita bersama sama menaikkan pujian kepada Allah, sekaligus persiapan untuk mendengar firman Allah. Ingat respons kita senatiasa di dalam doa dan pujian.
.
13 Khotbah
.
Seperti yang sudah diuraikan di atas, liturgis yang berdiri di altar itu pada hakekatnya bukanlah dia melainkan Kristus yang berdiri di sana; demikian juga halnya dengan pendeta yang berdiri di mimbar. Pendeta itu adalah representasi dari Kristus. Itulah sebabnya perkataan yang pertama keluar dari mulutnya ialah ‘Damai sejahtera yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu di dalam Kristus Yesus. Amin.” Jika kita melihat dia yang berdiri itu adalah manusia, maka tentulah tidak ada berkat yang datang dari dia. Namun jika mata iman kita melihat bahwa dia yang berdiri di altar itu adalah Tuhan sendiri, maka tentulah berkat akan mengalir dari Dia.
.
Kita datang ke dalam ibadah minggu bukan hanya untuk mendenngar firman Tuhan, tetapi untuk berjumpa dengan Dia dan berjumpa dengan sesama saudara di dalam keluarga Allah. Sekalipun khotbah pendeta itu tidak terlalu pas dengan isi hati kita, namun kita harus sadar dengan tujuan ibadah itu sendiri. Kita akan tetap dapat berkat dari perjumpaan tersebut. jika nas Epistel kita katakan adalah petunjuk praktis dalam kehidupan, maka Evangelium adalah doktrin iman Kristen. Sehingga ada keseimbangan antara etika – petunjuk pratis – yaitu epistel dan doktrin, yaitu evangelium.
.
Setelah pengkhotbah menyampaikan isi hati Allah, maka sebagai wakil manusia ia menaikkan doa syafaat bagi isi dunia. Kita pun turut mengaminkan doa itu di dalam hati kita. Perlu ditekankan di sini, khotbah bukanlah inti dari ibadah minggu. Keseluruhan acara, yaitu perjumpaan dengan Allah adalah arti dari ibadah minggu di HKBP.
.
14. Jemaat Menyanyi/Persembahan
.
Setelah kita mendengar khotbah, yang isinya adalah isi hati Tuhan untuk dilaksanakan pada minggu ini, maka kita pun memberi respons dengan memberi persembahan. Sering saya dengar liturgis mengatakan “Marikah kita bernyanyi sambil mengumpulkan persembahan.” Memang dikerta acara dibuat demikian. Dari ungkapan itu, kelihatan bahwa acara pokok ialah bernyanyi; pada hal acara pokoknya ialah menguimpulkan persembahan. Seharusnya menurut hemat saya ucapannya ialah “marilah kita mengumpulkan persembahan kepada Tuhan sambil bernyanyi. ”Acara persembahan itu bukanlah sambilan. Di dalam kitab Keluaran kita baca bahwa Tuhan memerintahkan agar Israel jika datang kepada-Nya, agar datang dengan persembahan dan tidak boleh dengan tangan hampa (Kel. 23:15). Di samping itu, kita harus memahami persembahan itu adalah sesuatu yang kudus, sehingga persembahan itu seyogianya telah disiapkan dari rumah. Kita menyerahkan persembahan itu dengan sukacita, sebab yang menerimanya ialah Allah Bapa kita. Mulut kita memuji Tuhan, sementara tangan kitapun memuji Dia di dl persembahan itu. Jika kita konsisten dengan pemahaman bahwa yang berdiri di altar itu adalah dia yang merepresentasikan Tuhan Yesus, maka menurut hemat saya harus liturgislah yang menerima persembahan itu dari para pengumpul persembahan. Lagi pula persembahan itu harus ditaruh di meja Tuhan, bukan seperti sekarang ini ditaruh di peti tersendiri. Saya tidak dapat mengerti apa makna dari peti itu. Saya melihat di HKBP Bandung Jl. Riau, liturgis yang menerima persembahan, bukan seperti di Jl. Jambu, pembaca warta jemaat yang menerimanya. Saya sangat suka jika kita mengikuti HKBP Bandung.
.
15 Penutup: Doa Persembahan + Doa Bapa Kami + Berkat
.
Acara akan berakhir, maka kita berdiri kembali di hadapan Allah, untuk diutus kembali ke dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyerahkan persembahan kita itu lebih dahulu di dalam doa. Yesus membawa persembahan itu ke hadirat Allah melalui doa sang liturgis. Kita pun mengaminkan doa itu di dalam hati. Persembahan itu diterima Allah, lalu kita memberi respons dengan nyanyian: ”Tuhan karunia-Mu….” Kita bukan hanya mempersembahkan uang kita, tetapi totalitas kehidupan itu dipersembahkan kepada Allah. Sebagai doa penutup kita mendengar doa Bapa Kami yang kita responi dengan doxologi “karena Engkau yang punya …” Setelah itu kita diutus pulang dengan berkat, yaitu: berkat dan perlindungan, perhatian (saya memahami makna dari Tuhan menghadapkan wajah-Nya” dalam pengertian perhatian penuh, atensi) dan kasih karunia-Nya. Sinar wajah adalah kemuliaan, itu pun menyertai saya, sama seperti Musa mendapatkan hal itu di atas gunung Sinai. Berkat terakhir ialah damai sejahtera. Syalom Allah. Lalu respons terakhir kita ialah amen tiga kali. Amen ini bukan hanya mengaminkan berkat tersebut tetapi mengaminkan untuk setiap acara yang telah kita ikuti dari awal hingga akhir. Jadi jika kita mengikuti acara ibadah minggu dalam pengertian seperti diuraikan di atas, kita pun akan pulang dengan berkat dari Tuhan kita. Kita akan diubahkan menjadi manusia baru di dalam Kristus.
.
Catatan akhir
.
Pertanyaan timbul di lubuk hati yang paling dalam! Kapankah HKBP mengajarkan hal itu kepada warga jemaatnya? Pada waktu saya katekisasi pada tahun 1965 di HKBP Balige, sepanjang yang saya ingat, hal itu tidak diajarkan kepada kami. Ketika masa belajar menjadi sintua di HKBP Menteng, memang hal itu diajarkan kepada kami. Tetapi tidak semua sintua memahami makna ibadah minggu itu dalam perspektif yang sudah diuraikan di atas. Bagaimana dengan anggota jemaat? Semoga apa yang dituliskan di sini dapat meneguhkan iman kita, dan memampukan kita menghayati keindahan dan keagungan serta rahasia ibadah kita. Sehingga tidak terlalu gampang untuk mengatakan ibadah HKBP sebagai sesuatu yang monoton! Semoga!
.
by St. Hotman Ch. Siahaan
Penulis adalah sintua di HKBP Menteng, Jl. Jambu 46 Jakarta, dari sejak doli-doli. Sekarang aktif melayani pemuridan (kelompok kecil) untuk para pemuda di beberapa jemaat HKBP di Jakarta, juga di kalangan keluarga. Anggota MPS HKBP dari Distrik XXI periode 2004-2008

Laporan Lengkap Kunjungan ke HKBP Tanjung Priok


Dimulai dari proses kesepakatan meja kotak didekat pos satpam di Galur, semua warrior prince dan warrior princess, mulai yang terdaftar resmi sebagai anggota paduan suara sampai tim penggembira dan tim dokumentasi berkumpul.
.
Akhirnya ada juga 30-an orang yang segera berkonvoi, ada yang menggunakan Kuda Pegasus (alias motor bebek yang gak bebek-bebek amatlah), ada juga yang menggunakan kereta kencana (a.k.a taksi) segera melayang-layang ke Tanjung Priok, dan sampailah di kediaman Kak Monika.

Ternyata, begitu sampe…langsung disuruh makan..hihihi (uenak tenan rek…). Thanks yach Kak Mon…Muach..Dah bisa buka katering tuch.

Selesai makan…langsung buka partitur..dan mangap-mangap latihan koor.

Jam 9, meluncur ke gereja, yang kebetulan di samping rumahnya Kak Monika. (Ya iyalah, wong bokapnya kak Mon itu yang jadi pendetanya..hehehe).

Begitu duduk manis ditempat yang telah disediakan, maka mulailah ada beberapa inang dan amang yang bergereja di HKBP Tanjung Priok..merasa penasaran dengan keberadaan kami, dan mulai bertanya jawab. Bahkan ada lho yang rumahnya deket HKBP Laguboti. Weleh….tak disangka tak diduga..bertemu di daerah perantauan.
.
.
Dan ada satu komentar tak terlupakan bagi para pemuda-pemuda alumni Del khususnya…

“Ganteng-ganteng kalian semua ya..”

Hahaha..kontan lah…pada besar semua kupingnya. (Narsis mode : on)

Komentar lain lagi..

“Jadi udah kerja kalian semuanya?”

“Udah inang.”

“Ohh…bagus lah ya”

(Suara hati terdalam: ya iyalah…anak del gitu loch)

Akhirnya…tiba juga acara puncak…membawakan dua buah lagu…Bersemangat ya…

Dan yang lebih puncaknya lagi..ketika Bang Kocu..sebagai Ketua Panitia Natal maju kedepan memberikan sepatah dua patah tiga patah kata…

Acara diakhiri dengan bersalam-salaman antara alumni Del dengan jemaat setempat..plus diiringi dengan lagu Batak (lupa apa lagunya…pokoknya lagu Batak lah tahe..)

Ditutup dengan acara poto-poto….baik dari tim cuap-cuap (alias paduan suaranya), tim pemegang kotak dan pemberi amplop (alias yang ngumpulin sumbangan), juga tim jeprat-jepret (alias dokumentasi).

Pyuh..walaupun cukup capek..tapi puas bgt…

Apalagi saat membuka amplop sumbangan, bukan masalah besar atau kecilnya sumbangan yang membuat hati ini senang, tapi karena ternyata masih ada juga orang-orang yang mau berbagi bersama kami, untuk membantu adek-adek kami di Tobasa sana. Plus ditambah dengan sumbangan dari Gereja. Wow, it feels amazing.

Sekali lagi, terima kasih banyak ya inang, amang. Kami dari Alumni Del, sangat bersyukur dan berterima kasih atas sumbangannya. Dan seperti yang telah dijanjikan, sumbangan ini akan terus dipantau perihal pengumpulan dan penyalurannya nanti.
.

.
Kami hanya bisa berdoa, semoga Tuhan Yesus yang akan membalaskan kebaikan hati amang dan inang semuanya.

Maleakhi 3:10b

“… dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.“

Cheers

by nataldel200, Gives Back

Kunjungan ke HKBP Menteng

Hari minggu (30 November ‘08), merupakan salah satu hari pembuktian bagi para alumni Del. Hari pembuktian siapa yang bisa bangun pagi. Huehehe… Maklum, sesuai rencana harus sudah siap ditempat (a.k.a HKBP Menteng), sebelum jam 06.00.
.
Untungnya, air di Jakarta ini ndak seperti air di kampus dulu, yang brrrr, dingin bgt. Jam 5, sudah pada sibuk gedebak gedebuk siap-siap. Padahal disaat yang sama, teman-teman kos (nb: yang bukan anak padus) masih terlelap dengan damainya ditemani air liur yang senantiasa mengalir.
.
Tapi, itu semua layak. It’s all worthy for the success of our program.
.
Walaupun ada beberapa yang kesasar, berhubung tidak semuanya mengetahui rute Gereja HKBP Menteng, tapi puji Tuhan, semuanya sampai dengan selamat, tanpa kekurangan sesuatu apa pun.
.
Gereja HKBP Menteng itu kecil dan nyaris tidak keliatan dari jalan kalau itu adalah gereja. Tapi gerejanya cukup elit dan nyaman. Design interior dan eksterior gerejanya bagus bgt. Pendingin ruangan yg terpusat, Pencahayaan yang bagus, ada jg CCTV di dlm ruangan gereja untuk keamanan, punya kantin tersendiri untuk penyediaan coffee break sepulang gereja, ada beberapa pelayan gereja alias OB yang “mengurus” gereja, dan beberapa hal lainnya yang membuat gereja ini beda dari gereja umumnya di kalangan HKBP.
.
Tepat jam enam pagi kami mengikuti kebaktian. Ditengah-tengah acara kebaktian, paduan suara dari Alumni Del menyanyikan dua buah lagu dengan baik. Tidak sia-sia juga malam sebelumnya mereka latihan sampai malam.
.
Khotbah yang disampaikan oleh Amang Pendeta juga sangat baik dan dapat dimengerti dengan mudah oleh jemaat. Beliau menjelaskan bahwa kita sebagai umat Kristen harus seperti Matahari yang selalu bersinar, disiplin (terbit di pagi hari, gak pernah terlambat), Adil (baik kegelapan maupun terang, keduanya disinari), Tidak mau kompromi dengan siapapun, Tidak mengharapkan pujian ataupun balasan dari orang lain, Mengerjakan tugasnya sebaik mungkin yaitu menyinari.
.
Beliau jg mengatakan bahwa kita juga harus bangkit, jangan terpuruk dan menyerah pada keadaan yang ada. Seorang pemenang adalah seorang yang mampu bangkit dari keterpurukannya. Seseorang yang bisa melihat kesempatan di setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapi bukan melihat kesulitan di setiap kesempatan yang ada.
.
Setelah selesai acara kebaktian pagi sekitar jam delapan, para alumni Del dipersilahkan untuk istirahat disamping gereja karena akan ada kebaktian remaja. Kami disuguhkan kue-kue dan minuman berupa kopi dan teh manis. Lumayan juga untuk mengganjal perut, karena gak sempat sarapan sebelum ke gereja, plus rata-rata anak kos (yang tidak terurus dan jauh dari orang tua, hiks). Sambil sarapan, paduan suara latihan ringan untuk persiapan kebaktian kedua jam setengah sepuluh.
.
Kebaktian kedua berlangsung dengan menggunakan bahasa Batak. Kotbah Amang Pendeta juga hampir sama dengan kotbah pada kebaktian pertama. Sama seperti kebaktian pertama, paduan suara Del juga diberi kesempatan untuk memperdengarkan lagu-lagu pujian. Tapi sebelumnya paduan suara Mahasiswa UKI yang diberi kesempatan pertama. Mereka benar-benar bagus dan kelihatan sudah terlatih dengan baik. Itu juga yang menyebabkan nyali beberapa anggota paduan suara Del ciut. Merasa gak pede alias percaya diri untuk nyanyi setelahnya. Alhasil suara paduan suara Del terdengar loyo dan kurang bersemangat.
.
Tapi ada faktor lain juga yang menyebabkannya, disamping karena sudah kelelahan bernyanyi di kebaktian pertama, anggota paduan suara juga baru beberapa kali latihan lagu yang dibawakan pada hari itu. Bahkan ada satu lagu yang baru sehari sebelumnya dilatih. Secara keseluruhan penampilan paduan suara Del sudah cukup baik. Tetap semangat ya teman-teman untuk tetap latihan, apalagi perayaan Natal IA-Del sudah semakin dekat. Lakukanlah semuanya demi kemuliaan nama Tuhan saja (Soli Deo Gloria).
.
Selesai kebaktian kedua kami kembali dilayani dengan sangat baik oleh para pengurus gereja HKBP Menteng. Parhalado dan Majelis gereja mempersilahkan kami untuk menikmati nasi kotak..hehehehe..asyik lumayan menghemat uang makan siang :) Yang membuat suasana lebih bersahabat, Amang Pendeta yang berkhotbah, Pendeta gereja Menteng, parhalado, anggota Majelis gereja dan anggota paduan suara mahasiswa UKI makan bersama-sama dengan kami di samping gereja. Suatu suasana kekeluargaan yang begitu hangat dari sebuah gereja yang notabene tergolong elit. Penyambutan dan pelayanan yang pengurus gereja Menteng berikan sangat baik.
.
Dan satu hal lagi yang membuat kami lebih senang lagi, kami mendapatkan “Tanda Kasih” dari gereja. Bahkan kami mendapatkan lebih dari yang kami perkirakan. Sebelumnya kami tidak mengharapkan adanya pemberian seperti itu dari gereja. Kami mengharapkan adanya sumbangan dari beberapa jemaat yang tergerak hatinya untuk membantu kami dalam pengumpulan dana pada program IA-Del Gives Back. Kami telah menyebarkan brosur kepada jemaat pada saat sebelum masuk kebaktian. Dan Puji Tuhan, kami mendapatkan tambahan dana sebesar lima juta rupiah dari gereja HKBP Menteng. Terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada gereja HKBP Menteng Jalan Jambu atas sumbangan yang diberikan. Biarlah kiranya sumbangan itu menjadi kemuliaan bagi namaNya.
.
Amin
.
Sumber : nataldel200, Gives Back

Senin, 01 Desember 2008

Pesparawi Pertama di Tobasa, Menjalin Kerukunan Umat


Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) yang diikuti oleh seluruh gereja-gereja se-Toba Samosir dilaksanakan di Gedung Serba Guna HKBP Balige, Sabtu (8/11). Pesparawi itu bertujuan untuk memupuk tali persaudaraan, rasa kebersamaan dan ungkapan kasih terhadap Tuhan. Sekaligus menunjukkan potensi seni suara menyanyikan lagu rohani.

Perparawi Toba Samosir mengadakan tujuh jenis kegiatan, yang diperlombakan, antara lain Paduan Suara Dewasa, Paduan Suara Anak-anak, Vocal Group, Solis Remaja Putra, Solis Remaja Putri, Solis Anak dan Cerdas Cermat Alkitab. Dalam Pesparawi itu memperebutkan Trofi dan Bantuan Dana Pembinaan.

Susunan Kepanitiaan melalui Surat Keputusan Ketua Umum LPPD Kabupaten Toba Samosir No.01 Tahun 2008, Ketua Panitia Pelaksana St Mangapul Siahaan,SSi, Sekretaris Gugus HP Simanjuntak, SE, Bendahara St SH Pardede, dan dibantu wakil-wakil Ketua, Wakil-wakil sekretaris, dan seksi-seksi yang kesemuanya merupakan satu kesatuan untuk suksesnya Pesparawi Toba Samosir. Pelindung adalah Bupati Toba Samosir dan seluruh unsur Pimpinan Daerah Toba Samosir.

Dalam acara pembukaan, Bupati Toba Samosir Monang Sitorus mengatakan bahwa sangat perlu mempersatukan seluruh umat gereja. Melalui kegiatan pesparawi merupakan salah satu wadah yang dapat mempersatukan seluruh umat Kristen di Tobasa. Sehingga Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten yang religius dan mendapat berkat dari Tuhan.

Ditambahkannya lagi bahwa keterpaduan suara yang dikumandangkan mencitrakan kebersamaan antara semua anggota paduan suara. Jika hal itu sudah terjadi maka tidak ada lagi sifat-sifat negatif yang terjadi. Tidak perlu ada seorang wakil kepala sekolah yang berambisi untuk menjadi kepala sekolah sehingga menempuh cara yang tidak sehat.

Seperti mencari-cari kesalahan kepala sekolah, atau berusaha menggulingkan kepala sekolah agar sang wakil segera menggantikan posisi kepala sekolah. "Kalau mau mencapai karir ada aturannya, mari berlomba meraih prestasi secara positif dan berdoa kepada Tuhan," ujar Monang.

Ketua Dewan Juri Pesparawi Tobasa tahun 2008 Prof DR Mauli Purba, MA, mengatakan, puluhan tahun lalu orang batak identik dengan bernyanyi.

Namun, terakhir berdasarkan data yang ada di Sumut prestasi bernyanyi orang Batak sudah berada dibawah prestasi orang yang berada di Indonesia bagian timur. Meski demikian kini kembali hadir beberapa grup paduan suara di Medan yang sudah berkiprah sampai ke Beijing dan tingkat internasional. Menurut Mauli, salah satu kendala bagi orang Batak dalam hal paduan suara adalah soal manejemen.
.
Orang Batak dinilai lebih suka menempuh cara yang instant dan lebih gampang. Dengan istilah yang sering didengar adalah nga boi bei, napenting roha i do (sudah cukup bagus, yang penting hati yang tulus).
.
Padahal untuk paduan suara harus dilakukan dengan teliti dan dengan disiplin yang tinggi. Sangat perlu melibatkan beberapa pakar musik untuk kegiatan seperti Pesparawi agar dapat mencapai kemajuan dan perkembangan prestasi yang maksimal. Perlu ada work shop menyanyi di Tobasa, karena paling sedikit ada tiga paduan suara di setiap gereja.

"Menyanyilah dengan bebas, enak dan dari hati yang sungguh-sungguh, jangan menyanyi dengan keterpaksaan," ujar Mauli.

Ketua Panitia Pelaksana St Mangapul Siahaan SSi didampingi Sekretaris Gugus HP Simanjuntak, SE, Bendahara St SH Pardede Humas Jhonson Siahaan mengumumkan juara lomba Pesparawi, sebagai juara umum diraih oleh Kecamatan Balige. Para Juara Pesparawi mendapatkan Piala Uspida Tobasa. lam
.
Sumber : Batak Pos

27 Desember, Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara 2008 Diselenggarakan di Siborongborong

Pimpinan-pimpinan Gereja-Gereja di Medan yang tergabung dalam Forum Komunikasi dan Konsultasi Gereja-Gereja Sumatera Utara (FKKGSU) telah sepakat dengan DR GM Panggabean untuk menyelenggarakan Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara tahun 2008, di Siborongborong Tapanuli Utara pada tanggal 27 Desember 2008 (Sabtu). Pada tahun lalu diselenggarakan di Stadion Teladan Medan dihadiri sekitar seratus ribu umat Kristen.
.
Kesepakatan itu dibuat dalam suatu pertemuan di Kantor Harian SIB yang dihadiri pimpinan-pimpinan Gereja, tokoh-tokoh masyarakat dan Pak GM sendiri didampingi Ir GM Chandra Panggabean.
.
Pemilihan Kota Siborongborong sebagai tempat penyelenggaraan Natal Umat Kristen 2008 ini, mengacu kepada kesepakatan Panitia Natal 2007 yang lalu, yaitu setiap tahun penyelenggaraannya dilakukan berpindah-pindah tempat di Sumatera Utara, bahkan kalau Tuhan mengizinkan satu waktu pun boleh diselenggarakan di P Siantar atau di Nias atau Nias Selatan.
.
Siborongborong dianggap ideal, sebagai sentral dari beberapa kabupaten/kota di Tapanuli, mempunyai bandar udara, beberapa hotel dan dari Medan pun tidak terlalu jauh kalau melalui jalan pintas Medan-Sidikalang-Tele-Doloksanggul-Siborongborong. Dan Siborongborong telah ditetapkan sebagai calon ibukota Propinsi Tapanuli.
Panitia Diketuai Ir GM Chandra Panggabean
.
Pada pertemuan kemaren, Ketua Umum FKKGSU yang juga Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Sumut Pdt WTP Simarmata MA menerangkan kepada Pak GM, bahwa hari Senin (20/8-08), telah dibentuk Panitia Perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara tahun 2008.
.
Sebagai Ketua Umum Panitia dipercayakan kembali kepada Ir GM Chandra Panggabean yang dinilai telah sukses luar biasa menyelenggarakan perayaan Natal Umat Kristen Sumatera Utara di Stadion Teladan Medan, waktu itu dihadiri sekitar seratus ribu umat Kristen.
.
“FKKGSU menilai perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara yang pertama tahun lalu sangat sukses, makanya kita rapat tadi malam dan sepakat mengundang kesediaan Pak Chandra Panggabean untuk kembali menjadi Ketua Panitia Natal tahun 2008 ini. Kita berharap Natal tahun ini pun bisa sukses dan menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan,” kata WTP kepada Pak GM.
.
Kepada Ir GM Chandra Panggabean dan Pdt DR Elim Simamora sebagai Sekum, dipercayakan sepenuhnya menyusun pengurus panitia. “Sebelum kami melangkah lebih jauh, maka kami hari ini datang menemui Pak GM meminta saran-saran,” kata Pdt WTP Simarmata.
.
Tema Natal
.
Menurut Pendeta WTP Simarmata, secara nasional PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) dan KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia) serta gereja aras nasional telah menyepakati tema Natal yang diambil dari Roma 12;18, Hiduplah Dalam Perdamaian dengan Semua Orang.
.
“Menurut hemat kami tema ini sangat pas karena saat ini kita membutuhkan suasana kerukunan dan kedamaian di mana konteks bangsa kita mengalami dua situasi yakni kemiskinan dan kemajemukan. Jadi kemiskinan bisa membuat tidak damai dan kemajemukan bisa membuat tidak damai. Kemajemukan kalau tidak dirawat dengan baik bisa membuat tidak damai.
.
PGI dan pimpinan gereja-gereja Aras Nasional Protestan dan KWI telah mengirimkan tema itu kepada Dirjen Bimas Kristen Protestan agar mengumumkan tema itu kepada seluruh umat Kristen di Indonesia untuk dijadikan tema Natal tahun 2008.
.
Sambut Baik
.
DR GM Panggabean sebagai pemrakarsa penyelenggaraan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara yang didukung oleh Gereja dan tokoh-tokoh adat/budaya pada tahun 2007 yang lalu, menyatakan menyambut baik penyelenggaraan Natal Umat Kristen Sumut di Siborongborong tahun 2008 ini.
.
Untuk itu dia berterimakasih kepada FKKGSU, semoga pada tahun-tahun seterusnya pun perayaan Natal seperti itu akan dapat diselenggarakan berkelanjutan setiap tahun. Ia pun mendukung tempat perayaan Natal 2008 ini diselenggarakan di Siborongborong, sebagai suatu upaya untuk memajukan Tapanuli dan secara khusus untuk memajukan wisata rohani di daerah tersebut.
.
Kepada Panitia disarankannya, walaupun kita mengandalkan pertolongan Tuhan, namun Tuhan pun memberi kecerdasan kepada kita, untuk dapat membuat kajian-kajian agar dapat membuat persiapan-persiapan yang sebaik-baiknya demi suksesnya perayaan itu, untuk kemuliaan nama Tuhan dan sukacita bagi umat Kristen di Sumatera Utara.
.
Pak GM juga kagum atas pemilihan tema Natal tahun ini, yaitu : Hiduplah dalam Perdamaian Dengan Semua Orang. Maknanya sangat dalam.
.
Pada kesempatan itu Pak GM mengungkapkan, bahwa menurut rencana dia dan keluarga seyogianya akan liburan Natal dan Tahun Baru di Australia, di mana sekarang seorang cucunya melanjut studi di salah satu universitas, namun karena adanya rencana perayaan Natal ini yang waktunya bersamaan, mungkin kami ke sana bulan November saja, katanya.
.
Pak GM yakin, sebagaimana pada perayaan Natal 2007, semua Bupati/Walikota di Sumatera Utara pro aktif berpartisipasi mengerahkan dan membiayai massa dari daerah masing-masing ke Stadion Teladan Medan, pada perayaan Natal 2008 ini pun, mudah-mudahan para Bupati/Walikota se-Sumut masih akan berkenan melakukan kebijakan yang sama.
.
Disarankannya supaya Panitia seperti tahun lalu, dapat bergerak cepat mengadakan pendekatan-pendekatan kepada semua pihak, terutama kepada para Bupati/Walikota yang ada di Tapanuli. Demikian juga supaya panitia melaporkan rencana besar ini kepada Pak Gubernur H Syamsul Arifin SE dan kepada Muspida lainnya.
.
Pak GM yakin, perayaan Natal Bersama Umat Kristen Sumatera Utara tahun 2008 ini akan bisa terlaksana dengan sukses. Ir GM Chandra Panggabean menginformasikan, Kamis besok, Panitia akan segera berangkat ke Tapanuli untuk bertemu dengan Bupati Tapanuli Utara Torang Lumbantobing, juga dengan bupati-bupati lainnya.
.
Pamit Pindah Tugas ke Jogya
.
Pada kesempatan itu, Praeses HKBP Distrik XXIII Langkat Pdt Monang Silaban STh, mohon pamit kepada Pak GM karena akan bertugas di Yogyakarta. “Saya tidak bisa melanjutkan perjuangan HKBP Binjai Baru karena dimutasi ke Yogyakarta. Tapi, bukan berarti perjuangan itu akan terhenti. Semoga Praeses yang baru dapat melanjutkannya,” tuturnya.
.
Pdt Silaban juga menyampaikan terimakasih kepada Pak GM yang dipanggilnya akrab Oppung, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun pemberitaan dalam perjuangan mempertahankan gereja HKBP Binjai Baru yang sempat mau dibongkar kelompok tertentu. Waktu umat Kristen mau demo mempertahankan Gereja tersebut, “Oppung bilang akan mendukung jika aksi yang dilakukan aksi damai. Karena itu aksi damai dengan 4000-an massa benar-benar berlangsung damai,” ucapnya seraya menambahkan, di tempat tugasnya yang baru, ia akan mengenang perjuangan Pak GM untuk HKBP Binjai Baru.
.
DOA
.
Pertemuan itu ditutup dalam doa dipimpin Pdt Lukas Timotheus STh MA. Dalam doanya, ia bersyukur kita boleh hidup kita boleh ada, itu semua karena kasih karunia Tuhan. Ia juga bersyukur FKKGSU dan rombongan bisa bertemu dengan Bapak GM Panggabean, dan itu semua karena pertolongan Tuhan. Karena kerendahan hati Pak GM maka di tengah kesibukannya beliau menerima FKKGSU dan rombongan.
.
Secara khusus, Pdt Lukas juga mendoakan panitia yang akan dibentuk oleh Chandra Panggabean, dan Pdt Elim. Ia mendoakan kalau tahun lalu panitia telah merasakan pertolongan Tuhan membuat perayaan Natal sukses sebagai mujizat Tuhan, biarlah dalam kepanitiaan tahun ini, sekali lagi panitia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Tapi, secara khusus kami datang di kaki Tuhan. Kami tahu, pada zaman nabi-nabi dan hamba-hamba Tuhan dan pada waktu Daud sebagai raja, apa pun yang dia alami Daud tidak mengandalkan kekuatan manusianya. Demikianlah kami sebagai umat Tuhan, sebagai panitia yang sedang akan dibentuk, kami mohon kuasa Allah, pewahyuan, kuasa Roh Kudus selalu menguasai hati dan pikiran kami.
.
Pdt Lukas pun mendoakan tempat perayaan Natal di Kota Siborong-borong. Ia bermohon mulai hari ini Tuhan mengkuduskan tempat itu dan kami percaya kalau tempat itu telah kami doakan akan banyak jiwa-jiwa bahkan umat Kristiani dari berbagai tempat akan datang untuk secara bersama-sama merayakan hari kelahiran Yesus Kristus.
.
Ia juga berdoa untuk SIB yang akan mempublikasikan perayaan Natal ini sampai ke daerah-daerah. Kiranya Tuhan memberkati SIB sehingga apapun yang dilakukan untuk kemuliaan Tuhan. Pdt Lukas juga berdoa untuk kesehatan Pak GM Panggabean, dan ibu dan keluarga.
.
Rombongan Ketua Umum FKKGSU Pdt WTP Simarmata, MA saat menemui sesepuh masyarakat Kristen Sumut DR GM Panggabean di Kantor Harian SIB Jalan Brigjen Katamso Medan, Selasa (21/10), terdiri dari perwakilan unsur pimpinan gereja lintas denominasi yang tergabung dalam FKKGSU antara lain Ketua Umum Pdt WTP Simarmata MA, Sekum Pdt Dr Elim Simamora, Pdt Lukas Timotheus STh, MA, Pdt DL Simatupang, Pastor Joddy Turnip dan Hubertus Lumban dari unsur Khatolik, Pdt Paul F Wakkary dari PGPI Sumut, Bishop GPP Pdt DR JH Manurung dan Pdt M Silaban STh, Praeses HKBP Distrik Langkat.
.
Selain tokoh gereja, pertemuan itu juga dihadiri anggota DPRD Sumut Ir GM Chandra Panggabean yang mendampingi Pak GM, Drs Panyabar Nakhe asal Nias Selatan, anggota DPRD Sumut Rinawati Sianturi, Dr Binsar Situmorang MSi, Nurdin P Manurung, Ir Hasudungan Butar-Butar MSi dan Jumongkas Hutagaol.
.
Sumber : Sinar Indonesia Baru

11 Desember, PWI Siantar-Simalungun Rayakan Natal di Gereja HKBP Jalan Sangnawaluh Siantar

Wartawan Siantar-Simalungun yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Siantar-Simalungun, tanggal 11 Desember 2008 akan merayakan natal bersama di Gereja HKBP Jalan Sangnawaluh Siantar. Kotbah dibawakan Pdt Darwin Lumban Tobing yang juga Ketua STT HKBP Pematangsiantar.
.
Tema Natal adalah ‘Hendaklah Saling Mengasihi Sebagai Keluarga’ yang diambil dari Roma 12:10a. Sub Thema adalah "Dengan Perayaan Natal, Kita Saling Mendorong dan Membangun Untuk Berbuat Baik".

Ketua Panitia Natal, Larham Simare-mare didampingi Sekretaris Janes Silaban SP dan Roida Br Siahaan, Minggu (23/11) mengatakan, latar belakang pelaksanaan natal PWI, karena wartawan percaya bahwa Yesus Kristus yang telah lahir 2000 tahun yang silam.

Lebih dari itu, katanya, wartawan telah merasakan roh kudus menjadi pemimpin dan penolong dalam kehidupan sehar-hari. Sebagai lembaga pers nasional, bebas dan bertanggungjawab, tentunya sudah menjadi kewajiban untuk menyembah-Nya agar tugas jurnalistik dapat berjalan dengan baik.

"Kita harapkan, dengan semangat natal, seluruh insan pers dapat melakukan fungsinya, yakni sebagai kontrol sosial bagi masyarakat dan sebagai penyampai aspirasi masyarakat. Keberadaan PWI sangat berarti kepada masyarakat khususnya di Siantar-Simalungun. Untuk itu, mari kita mendukung perayaan natal ini supaya rasa persaudaraan sesama wartawan tetap terjalin," harap mereka. (nik)
.
Sumber : Metro Siantar
Google Search Engine
Google
·

Guestbook of HKBP

·
·


Visitor Map